Minggu, 03 Oktober 2010
...
Waktu berlalu.
Bahkan saat rasanya mustahil, waktu tetap terus berjalan.
Bahkan di saat setiap detik pergerakan jarum jam terasa menyakitkan, bagaikan denyut nadi di balik luka memar.
Waktu seakan berlalu di jalan yang tidak rata, bergejolak dan diseret-seret, namun terus berjalan.
Bahkan bagiku.
Hal ini benar-benar melumpuhkan, sensasi bahwa sebuah lubang besar menganga di dadaku, merenggut semua organ vitalku dan meninggalkan bekas luka yang masih basah dan berdarah di sekelilingnya, yang masih tetap berdenyut nyeri dan mengeluarkan darah meski waktu terus berjalan. Secara rasional aku tau paru-paruku pasti masih utuh, namun aku megap-megap menghirup udara dan kepalaku berputar seolah-olah segenap usahaku sia-sia. Jantungku pasti juga masih berdetak, tapi aku tak bisa mendengar detaknya di telingaku. tanganku terasa biru kedinginan. Aku meringkuk seperti bayi, memeluk dada seperti memegangi diriku agar tidak hancur berantakan. Aku berusaha menggapai perasaan kelu dan lumpuh, penyangkalanku, tapi perasaan itu meninggalkanku.
Meski begitu, kudapati bahwa ternyata aku bisa bertahan. Aku sadar, aku merasakan kepedihan itu, perasaan kehilangan yang terpancar keluar dari dadaku, mengirimkan gelombang kesakitan yang menghancurkan ke kaki, tangan dan kepalaku, tapi semua itu masih bisa kutahan. Aku bisa melewatinya. Walaupun rasanya kepedihan itu tidak melemah seiring berjalannya waktu, tapi aku jadi semakin kuat menahannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
all about my live
Terimalah saat ini dan semua yang akan datang sebagai KARUNIA. Tuhan adalah pemberi yang tidak pernah berhenti memberi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar